Get snow effect
INI TULISAN SAYA SOBAT

Kamis, 31 Maret 2011

INSOMIA

Insomia tidak suatu hal baru lagi buat kita. Insomia adalah merupakan suatu penyakit atau kebiasaan tidak bisa tidur di malam hari. Insomia ini sangat menggianggu aktivitas bagi setiap orang. Menderita insomia tentulah waktu tidurnya sangatlah terbatas dan berpengaruh bagi kesehatan.
Saat waktu tidur berkurang,seseorang mudah merasa puyeng dan mudah tersinngung.
Kekurangan tidur ringan saja selama beberapa hari sangat mengganggu kemampuan kita untuk berpikir dengan jernih. Nah, coba saja anda bayangkan jika anda tidak bisa tidur dengan nikmat bertahun-tahun, inilah yang dinamakan dengan Insomia.
Bagi anda yang menderita Insomia pasti sangat berpengaruh di dalam aktifitas sehari-hari anda. Hubungan anda denga orang di sekitar anda tentu kurang solid lagi dimana di saat siang hari anda pasti akan tidur dan di malam hari anda tidak bisa tidur sedangkan teman anda sudah tidur sehingga kekompakan di dalam kehidupan sehari-hari anda.
Ini juga sangat berpengaruh di aktifitas lainnya seperti di temaat kerja ataupun di sekolah. Dimana Insomia ini akan sangat mempengaruhi produktifitas anda yang semakin menurun sehingga anda merasa kesulitam dalam menyelesaikan suatu masalah.
Selain itu juga, kurang tidur anda dapat mempengaruhi fisik anda. Dengan hilangnya jam tidur, fungsi kekebalan tubuh jadi berkurang, meskipun hanya selam beberapa jam saja.

CARA MENGINSTAL WINDOWS 7

Kita tahu bahwa windows 7 sangatlah berbeda dengan windows xp dimana windows xp sangatlah banyak digunakan para pengguna komputer. Kali ini saya akan membahas cara menginstal windows 7 dan tidak jauh beda juga dengan cara penginstalan windows xp.
Tampilan windows 7 lebih unik dibanding dengan tampilan windows xp.
Langkah-langkah untuk menginstal windows 7:
1.Siapkan DVD instalasi windows 7 dan catat serial number.
2.Atur agar  komputer booting dari dvd,pengaturan dilakukan lewat bios, biasanya tekan delete ata f2 ketika komputer baru dinyalakan kemudian pilih setingan booting dan pilih dvd room menjadi pilihan urutan pertama dan simpan konfigurasi bios dengan cara tekan f10.
3.Masukkan DVD instalasi.
4.Tekan tombol mana saja jika muncul tulisa boot from cd or dvd.
5.Maka akan muncul tampilan seperti ini.

6.Selnajutnya muncul tampilan sebagai berikut
7.Klik instal now.
8.Beri tanda check dan klik next.
9.Pilih Custom (advanced).
10.Pilih partisi yang akan dipakai untuk menginstal windows 7, contoh di bawah hardisk yang belum dibagi 2 ke dalam beberapa partisi, jika ingin membagi ke dalam beberapa partisi sebelum proses instalasi pilih Drive option disitu kita bisa menghapus dan meresize partisi.
11. Proses instalasi dimulai.
12. Setelah proses selesai komputer akan otomatis restat. Kemudian akan muncul seperti gambar berikut.
13.Setelah itu akan muncul sepeerti gambar di bawah ini maka ketikkan nama user dan nama komputer anda.
14. Kemudian isikan password untuk keamanan komputer.
15.Masukkan windows produck key yang sudah dicatat tadi jika tidak ada maka windos 7 tersebut hanya berlaku selama 30 hari.
16.Selanjutnya setingan apakah windows akan otomotis mengupdate atau tidak.
17.Kemudian setingan time zone.
18.Selesai dana akan muncul .
Selamat mencoba.....




CARA MENGATASI VIRUS SHORTCUT

Karena cara membasmi virus sebelumnya ternyata tidak 100% berhasil maka saya update dengan cara ampuh menghapus virus shortcut jilid II. 
Seperti yang juga sempat sedikit saya update dari cara sebelumnya bahwa virus shortcut kini beraksi tidak dengan cara tradisional seperti dulu namun juga telah sukses memanfaatkan celah keamanan di Sistem Operasi Windows.

Berdasarkan laporan dari Microsoft sementara  windows XP Profesional dan Windows Server 2003 yang berhasil di bobol.
Berikut ini cara ampuh jilid II membasmi virus shortcut(kalau masih gagal kasih komentar ya… :

  1. Seperti biasa matikan system restore. Buka My computer dengan Shortcut (Tombol Window)+Tombol (Pause Break).
    mematikan system restore 156x300 Cara Ampuh Menghapus Virus Shorcut II 
  2. Selanjutnya matikan terlebih dahulu proses virus yang sudah berjalan di sistem dengan menggunakan tools Ice Sword, pilih file dengan icon “microsft visual basic project” kira-kira seperti iniicon vb Cara Ampuh Menghapus Virus Shorcut II kemudian klik Terminate Process.
  3. Selanjutnya Hapus key di regedit dengan menggunakan registry editor :
    - Klik menu [Start]
    - Klik [Run]
    - Ketik REGEDIT.exe, kemudian klik tombol [OK]
    - Pada aplikasi Registry Editor, telusuri key [HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\Run]
    - Kemudian hapus key yang mempunyai data [C:\Document and Settings\%user%].
  4. Setelah selesai gunakan donwload file .INF kemudian jalankan dengan klik kanan – install
  5. Selanjutnya Tampilkan File dan Folder tersembunyi kemudian Hapus file-file peninggalan virus shortcut dengan menggunakan fasilitas search :
    - Hapus Aplikasi dengan Icon MIcrosoft Visual Basic Project
    - Ukuran 128 kb (masing-masing varian virus bisa berbeda)
    - Ekstensi “exe” atau “scr”
  6. Nah Selesai itu basmi file duplikat virus yang
    - Memiliki icon folder atau nam folder yang berubah menjadi shortcut
    - ber-ekstensi .lnk
    - Type file Shorcut
    - 
    Ukuran 1 kb
    - Kemudian hapus juga file ert.dll di sharing folder dan Autorun.inf,  ketemu HAPUS !!
  7. Jika perlu menampilkan kembali file atau folder yang disembunyikan cukup buka command prompt ketik perintah “ATTRIB -s -h -r *.* /S/D”
  8. Jangan lupa setelah itu download patch dari Microsoftuntuk mencegah virus datang kembali. Ingat patch tersebut hanya berlaku untuk Windows Xp SP3untuk Windows Xp Sp2 sudah tidak didukung oleh Microsoft
Nah Semoga berhasil , dan anda bebas selamanya dari virus shorcut ini. Agar komputer anda aman dari virus, torjan , dan malware jangan lupa selalu update anti virus kemudian tidak ada salahnya mengikuticara mencegah virus yang sudah saya praktekkan dan ini dijamin manjur paling tidak sudah 1 lebih dengan cara tersebut saya tidak pernah berurusan dengan virus.

Jumat, 11 Maret 2011

BIOGRAFI


            Nama saya adalah Rico Flasidus Pasaribu yang lahir pada tanggal 12 Maret 1989 di sebuah kota terpencil di Provinsi Sumatera Utara yaitu Balige. Saya dilahirkan oleh ibu saya yang bernama Rusma Lumban Gaol dan ayah saya bernama Nasib Pasaribu. Saya dilahirkan dari lima bersaudara dan saya adalah anak kelima dengan kata lain atau yang sering disebut dengan istilah “anak bungsu” atau diterjemahkan dalam bahasa batak “siampudan.
            Kini saya telah beranjak dewasa dan umur saya telah 22 tahun. Dalam tulisan saya ini, saya akan menceritakan seulas cerita tentang hidup saya hingga sampai umur 22 tahun saat ini.
            Nah, seperti biasanya pada saat saya berumur 5 tahun saya sekolah di TK (Taman Kanak-Kanak). Satu tahun telah terlewati di masa itu dan pada akhirnya saya dinyatakan lulus dari TK . Saya dulu sekolah anak-anak di TK. Asisi yang didirikan oleh Katolik.
            Setelah saya lulus dari TK dan umur saya enam tahun, saya masuk sekolah dasar tetapi tidak beda lagi, saya disekolahkan oleh orang tua saya ke SD (Sekolah Dasar) Katolik St.  Fransiskus. Tetapi disana saya tidak lama. Saya disana hanya menuntut ilmu selama tiga tahun, yang pada akhirnya saya dipindahkan oleh orang tua saya ke SD 176367 Soposurung, Balige. Dengan bahasa sehari-sehari dan lebih dikenal orang dengan istilah SD Inpres.
            Saya dipindahkan oleh orang tua saya bukan karena kenakalan saya ataupun karena saya bodoh tetapi saya dipindahkan oleh orang tua saya kerena adanya sebuah peraturan  bahwa setiap guru yang tinggal di perumahan pemerintah dan mengajar di sekolah pemerintah berarti anaknya juga harus disekolahkan di tempat pendidikan pemerintahan minimal satu orang dari salah satu anak guru.
            Mau tidak mau saya juga akhirnya dipindahkan oleh orang tua saya ke SD Inpres tersebut. Yah, boleh dikatakan sayalah korban dari kakak-kakak saya. “Kenapa saya berkata seperti itu ??”. Karena semua kakak-kakak saya disekolahkan oleh orang tua saya di sekolah Katolik hingga sampai menuju ke jejang perguruan tinggi.
            Enam tahun lamanya saya menimba ilmu di sekolah dasar. Mulai dari belajar membaca, belajar berhitung baik sejarah ditambah dengan mata pelajaran lainnya yang sesuai dengan kurikulum pemerintah hingga akhirnya juga saya dinyatakan lulus melewati sekolah dasar.
            Setiap orang yang ingin menimba ilmu selalu mencari dan ingin bersekolah di tempat pendidikan yang bagus. Seperti itulah dengan diriku. Hingga pada saat saya telah lulus dari sekolah dasar saya melanjut ke jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebelum namanya diganti oleh pemerintah  yang disebut hingga sekarang dengan istilah SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat Pertama).
            Saya dulu sekolah di SMP Negeri 4 Balige. Saya memilih sekolah disana karena sekolah  pada saat itu hingga sekarang dikenal sebagai sekolah favorit di Balige. Karena masuk ke sekolah itu harus melewati test dulu khususnya test akademik dan nilai NEM SD harus tinggi. Bukan berarti saya mengatakan sekolah katolik pada saat itu tidak bagus di daerah saya.
            SMP katolik di Balige adalah SMP Budhi Dharma. Justru SMP inilah saingan sekolah saya dulu. Karena SMP Budhi Dharma ini juga dikenal sebagai SMP yang bermutu tinggi, disiplin dan berintelektual. Bukan karena saya memeluk agama katolik makanya memberanikan diri untuk mengatakannya tetapi dari pribadi saya sendiri mengatakan bahwa tempat-tempat pendidikan yang dibangun atas naungan katolik selalu tempat-tempat yag bermutu dan selalu diperhitungkan dalam suatu saingan berat di antara tempat-tempat pendidikan lainnya. Saya mengatakan ini bukan karena saya mengenal sekolah katolik hanya satu, dua ataupun tiga sekolah tetapi saya mengatakan ini karena di daerah saya khususnya di Provinsi Sumatera Utara sekolah-sekolah katolik selalu sekolah yang bermutu.
            Jika ditanya sebagaian rakyat dari sumatera utara, selalu mengatakan bahwa sekolah katolik adalah sekolah yang bermutu dan berprestasi. Tetapi, “ada tetapinya loh...”, di dunia ini ada yang miskin dan ada yang kaya. Dimana-dimana pemerintah selalu memberikan suatu sumbangan ataupun membuat uang dana sekolah dengan relatif rendah demi mutu pendidikan bagi kaum-kaum miskin. Maaf, bukan saya ada berniat untuk menyinggung. Yah, kita tahu bahwa uang dana sekolah di swasta pastilah lebih mahal dibanding dengan sekolah negeri. Sehingga kebanyakan orang memilih untuk menimba ilmu di tempat-tempat pendidikan negeri hanya karena faktor ekonomi.
            Wah...udah panjang lebar nih. Kembali lagi ke cerita tentang saya.
            Saya memilih untuk melanjut ke SMP Negeri 4 hanya untuk mengurangi sedikit beban biaya orang tua saya karena pada saat saya duduk di bangku SMP, kakak saya sudah ada yang menimba ilmu juga di perguruan tinggi. Bukan cuma saya sich, kakak saya juga ada yang akhirnya sekolah di SMA Negeri 1 Balige.
            Pada saat itu, kakak saya telah menjadi seorang mahasiswa dua orang, yaitu kakak perempuan saya yang anak sulung dan kakak saya anak kedua.  Kakak saya anak ketiga dan sayalah yang sekolah di negeri dan kakak saya anak keempat sekolah di swasta dan tak jauh juga dari sekolah katolik. Yah, memang kakak saya yang satu ini anak yang selalu dimanja oleh orang tua saya di rumah.  
            Singkat cerita, hari berganti,bulanpun berganti, dan tahunpun terus silih berganti. Sayapun menyelesaikan sekolah SMP saya tepat waktu selama tiga tahun.
            Yah, selama saya menjalani hidup semasa saya duduk di bangku SMP sayapun telah mengenal beberapa orang setidaknya teman-teman satu sekolah saya dan yang paling penting sememnjak saya SMP saya telah banyak bergaul dengan orang-orang yang jauh di atas umur saya. Saya mengenal mereka bukan karena sering keluar malam ataupun kumpul-kumpul dengan mereka. Tetapi karena saya memiliki talenta bermain bola, saya sering dipanggil untuk bermain bola di saat-saat bertanding dengan tim lain.
            Dari sanalah saya mengenal orang yang pada akhirnya saya mengenal beberapa orang yang keluaran dari sekolah seminari atau lebih dikenal di agama katolik sekolah para calon imam (pastor). Sayapun sering berinteraksi dengan mereka hingga sayapun tertarik dengan cerita mereka tentang kehidupan di seminari.
            Tanpa berpikir panjang, ketika kedua orang tua saya bertanya kepada saya. “kemanakah kamu akan melanjut??”. Dengan semangat sayapun langsung melontarkan jawaban saya “ saya harus ke seminari”.
            Kedua orang tua sayapun terkejut mendengarnya, karena tanpa sepengetahuan mereka saya memang tidak pernah bercerita tentang ketertarikan saya untuk sekolah disana.
            Tanpa panjang lebar, kedua orang tua sayapun pergi ke paroki pastoral yang ada di kampung saya. Merekapun langsung mendaftarkan saya kesana. Pastor paroki pun terkejut. “Kenapa terkejut ya???, hehehee”. Karena selama sepuluh tahun terakhir sebelum saya mencalonkan diri untuk masuk kesana, tak seorangpun yang pernah memilih untuk sekolah disana dari kampung saya. Pastor paroki pun langsung beranjak ke seminari untuk mendaftarkan saya.
            Oh ya, hampir lupa saja. Seminari  itu ada di Kota Pematang Siantar. Ada juga sich di Padang dan di daerah lainnya seperti di Jawa ini. Kenapa harus memilih jauh???. Saya memilih seminari yang di kota Pematang Siantar saja, karena itu di Provinsi SumateraUtara juga yang hanya tiga jam dari kampung saya.
            Calon tunggal dari Balige. Beban inilah yang berat saya tanggung dan saya pun harus berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik. Testing pun dimulai, semua para peserta ujian sudah bersiap-siap. Saya sich sedikit mindir saja, ketika setiap berkenalan dengan peserta lainnya hanya sayalah yang sendiri karena dari setiap calon peserta daerah lainnya minimal dua atau tiga orang.
            Testing pertama dimulai, test akademik dan logika. Dengan suasana hening dan disiplin, ujian itupun terlewati selama dua jam. Bel berbunyi dan semua kertas ujian dikumpul. Para peserta ujian pun dipersilahkan untuk istirahat sebelum tiba jam untuk makan siang. Selama mengikuti test ujian, kami berada selama tiga hari di seminari. Dan kami pun harus mengikuti peraturan yang ada di seminari. Yah, selama tiga hari itu, kami sudah bisa dikatakan sebagai anak seminari juga sich. Meskipun  hanya tiga hari saja.
            Hari kedua kami mengikuti test kesehatan.  Test ini hanya berlangsung beberpa menit saja karena hanya dibaawa ke rumah sakit dan diperiksa. Apabila para peserta memiliki penyakit dalam seperti asma, maka peserta itu dinyatakan gagal tanpa harus mengikuti test ketiga.
            Pada saat test kesehatan, tak seberapa orang yang gagal, hanya satu dua orang saja yang dipulangkan karena memiliki penyakit asma.
            Saatnya hari ketiga, hari yang sangat menegangkan. Dimana pada hari ketiga ini adalah test interview. Test inipun berlangsung lama. Setelah ujian ini selesai, para peserta pun bisa beranjak untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Dengan berkat doa dari seorang pastor kami pun pulang ke rumah-rumah masing-masing.
            Satu bulan lamanya saya menunggu hasilnya. Seorang bapak  dengan  menaiki sepeda motor tiba-tiba berhenti di depan rumah saya. Kedua orang tua saya pun membukakan pintu kepadanya. Bapak itu masuk ke dalam rumah dan memancarkan wajah bahagia. Tanpa basa-basi bapak itu langsung berkata “Rico kamu diterima untuk menimba ilmu di seminari”. Sekitika itu juga suasana di rumah saya kedengaran suara bahagia dan kecerihaan.
            Di Gereja dan di sekolah SMP saya, saya selalu didoakan.
            Saatnya menjalani hidup baru dan suasana baru yang jauh dari kedua orang tua saya. Dengan badan kecil, saya menunggang tas saya yang berisi pakaian-pakaian saya yang akan saya pakai di semniari. “ Hati-hati nak”. Kata ayah saya dengan suara sedih yang diiringi dengan tetesan air mata ayah saya. “Anak kecilku, anak bungsuku, kamu harus bisa menjalani hidup sendiri tanpa ada kami disana, meskipun kamu anak bungsu kamu harus bisa mandiri ya nak”. Itulah kata-kata yang selalu saya ingat dari almarhum ayah saya hingga sekarang.
            Bukan sampai disini saja cerita sedihnya loh. Masih ada nih!!!.
            Saya pun berangkat ke seminari dengan ibu saya. Katanya sich, ibu saya harus ikut mengantarkan saya kesana.
            Tiga jam kami di perjalanan dan tiba di seminari. “ SEMINARI CRISTUS SACERDOS”. Kalimat inilah yang pertama saya lihat ketika tiba di seminari yang tertulis di dinding depan bangunan seminari.
            Satu, dua, tiga...saya dan ibu saya pun mengangkatkan kaki untuk masuk ke seminari. Masuk dan mencari tempat tidur dan lemari saya yang telah di beri nama pada tempat tidur dan lemari masing-masing. Ibu saya pun langsung merapikan lemari saya dan tempat tidur saya.
            Hanya dua, tiga jam saja aku bersama ibu saya disana. Tanpa terasa ibu saya pun harus pulang. Ini lagi nih cerita sedihnya. Ketika ibu saya ingin pulang, air mata ini juga harus keluar dengan tangisan yang tak terhentikan saat itu. Ibu saya langsung memeluk saya dan mencium kening saya. “ Nak ibu pulang ya, ibu akan selalu merindukan kamu, kamu pasti bisa...ibu harus melepaskan anak kecilku ini “.
            Saya selalu melihat ibuku yang berada di dalam angkot hingga angkot itu tak kelihatan.
            Saya telah resmi menjadi anak seminari. Meskipun rintihan tangisan saya yang selalu membasahi pipiku masih berlanjut hingga hari esok tiba. Saatnya hidup di seminari dan belajar di seminari untuk menjadi seorang imamat.
            Bangun pagi pukul 05.00, ibadah pagi pukul 05.45, makan pagi pukul 06.15 dan sekolah pukul 07.00, inilah jadwal hidup pagi kami di seminari.
            Pulang sekolah 13.00, makan siang 13.30, istirahat 14.00, kerja bakti 15.00, olah raga wajib 16.00, study sore 17.30, ibadah sore 18.00, makan malam 18.50, study malam 19.00, rekreasi atau nonton malam 21.00, doa malam 21.30, dan akhirnya tutup mata( tidur ) 22.00. Dan inilah jadwal kami siang dan malam.
            Ini dan inilah waktu yang setiap harinya kami ikuti di seminari.
            Dengan sedikit malu, saya hanya menuntut ilmu selama dua tahun saja di seminari. Saya keluar dari seminari hanya karena tarik diri dari orang tua. Saya ditarik orang tua saya karena pada saat itu saya mengalami lumpuh. Ini terjadi di sebuah kompetisi di Pematang Siantar. Saya adalah salah seorang pemain tim seminari yang ikut menjadi salah satu andalan seminari. Seminari selalu dikenal sebagai juara bertahan di bidang olah raga tetapi yang paling menonjol adalah sepak bola. Tiada hentinya piala itu silih berganti ke tangan kami. Bukan hanya olah raganya saja seminari itu dikenal sebagai sekolah favorit, karena seminari juga selalu dikenal sebagai sekolah yang tak hentinya memenangi olimpiade tingkat SMU. Mau dikatakan lewat seni, siapa sich anak seminari yang tak mengenal seni, paling minimal lebih bisa mengenal not dan menguasai nada-nada. “Seni tarik suara, seni  drama, seni tari, seni band, seni alat-alat tradisional dan seni tulisan ???”. Semua seni ini juga sangat menonjol dri seminari.
            Seni drama seminari selalu dikenal dengan humornya. Siapa sich yang tidak tertawa terbahak-bahak kalau saat menonton anak-anak aksi seminari tampil. Yah boleh dikatakan beda tipislah dengan OVJ sekarang. Seni suara, anak seminari juga selalu diandalin sebagai pemenang juara jika ada pertandingan tarik suara di Pematang Siantar dan begitu juga dengan seni yang lainnya. Soalnya kalau saya menceritakan semuanya tentang seminari cerita ini tidak akan ada habisnya karena selama kami hidup di seminari berjuta cerita yang terukir di dalam hati tentang seminari.
            Semoga saja si pembaca belum bosan ya.
            Memang cerita saya ini sedikit ngaur tetapi saya berusaha untuk membuat si pembaca tidak kabur untuk membaca cerita saya ini...
            Kembali ke laptop, seperti kata tukul ketika membawakan acara bukan empat mata.
            Saya bukan seorang pemain bola sehebat Cristiano Ronaldo atau pun Liony Messi tetapi saya bisa juga sich setenar mereka. Mereka tenar di seluruh penjuru dunia dan saya juga dulu tenar di dunia seminari.. yang penting ada kata dunianya..hehehehe.
            Ketika kompetisi berlangsung dan seminari telah lolos ke semifinal. Kami pun bermain di pertandingan semifinal. Di saat pertandingan dimulai saya pun dimainkan oleh pelatih kami sebagi starter line up di pertandingan babak pertama dengan posisi sebagai pemain tengah. Tiga puluh menit berlangsung dan kami telah unggul 2-0. Saat saya mengiring bola tiba-tiba pemain lawan kami berlari keras dengan menjatuhkan saya dari belakang. Suasana terdiam sejenak di saat aku terjatuh. Saya terjatuh dengan merintih kesakitan sambil memegang lutut kanan saya. Wasit berkata “tolong dia diangkat keluar”. Tim medis seminari masuk lapangan dan mengangkat saya keluar lapangan.
            Saya mencoba untuk berdiri tetapi tidak bisa. Sayapun langsung dilarikan oleh seorang pastor ke tempat pijat. Inilah awal semua saya tidak bisa melanjutkan ilmuku di seminari lagi. Ketika kedua orang tuaku mendengar saya telah lumpuh yang tidak bisa berjalan selama tiga hari, ibuku pun datang menghampiriku ke seminari dan membawa saya pulang dengan permohonan ditarik oleh orang tua dengan alasan untuk dirawat.
            Nasi telah menjadi bubur.. apa boleh dikata lagi, ini telah menjadi takdir saya dan saya mungkin hanya seorang yang terpanggil tetapi tidak terpilih untuk bekerja di ladang Tuhan untuk mewartakan kabar injil. Sebenarnya sich, saya masih ada hubungan perjanjian dengan seminari, jika saya telah menyelesaikan sekolah SMA di luar maka saya masih berhak penuh untuk pulang lagi ke seminari. Tetapi inilah yang terjadi, saya telah lalai dalam hidup dari luar seminari.
            Setelah saya sembuh dari lumpuh saya selama satu bulan, saya pun disekolahkan oleh kedua orang tuaku ke SMA Katolik yaitu SMA St. Yoseph, atau sering disebut di daerah saya SMA Bintang Timur Balige.
            Tetapi saya pindah sekolah dengan aturan  lain dari yang lain, dimana kita tahu kalau seseorang pindahan itu pasti tingkatannya sama misalnya kita pindah sekolah di saat duduk di kelas dua berarti kita kalau pindah juga pastilah kelas dua di sekolah baru kita. Kalau saya berbeda, bukan cuma saya saja sih, pindahan seminari mempunyai nasib seperti ini , yaitu saya pindah dari seminari menjadi turun kelas  di SMA Bintang Timur Balige (BTB).
            Pasti saudara bingung dan ingin tahu kenapa alasannya. Seperti gini nih, di seminari itu kami menjalani pendidikan selama empat tahun. Kenpa bisa empat tahun ??
            Di tahun pertama, awal kita masuk ke seminari masih tahap percobaaan atau tahap mengenal diri. Tingkat awal inilah yang dikatakan kelas Probatorium di seminari yang artinya kelas percobaan.
            Setelah kita lulus dari tahap percobaan ini atau Probatorium, maka kita melanjut ke kelas Gramatica yang artinya pembagian, pengelompokan. Nah, mulai dari tingkat inilah yang setara dengan tingkat kelas satu dengan sekolah luar. Di tingkat ketiga disebut sebagai kelas Sintaxis yang artinya kelas membulatkan diri untuk menjadi hidup seorang imamat. Inilah yag disamakan dengan kelas dua SMA dengan sekolah luar. Tingkat empat atau terakhir disebut dengan kelas Poesis. Inilah kelas tingkat tertua dan penguasa di seminari. Kelas ini artinya kelas untuk memilih ordo atau lanjutkah untuk menimba ilmu lagi di biara. Kelas ini disamakan dengan kelas tiga di sekolah luar.
            Karena saya hanya berada selama dua tahun di seminari dan naik kelas ke tingkat tiga maka saya hanya bisa disamakan setara dengan kelas dua di SMA lain. Meskipun sebenarnya saya telah dua tahun menjalani pendidikan. Inilah resiko yang harus diterima bagi para anak-anak ex seminarium atau yang keluar dari seminari. Ex seminarium inilah yang menjadi sebuah nama organisasi para anak-anak keluaran anak seminari seperti di Jakarta ini, ex seminariumlah nama organisasi kami disini.
            Derita kamulah ko, kata suara dari hati saya. Kamu harus mau menjadi turun kelas di sekolah luar. Yah, saya pindah sekolah menjadi kelas dua yang sebenarnya saya sudah melewati tingkat Gramatika di seminari. Saya pindah sekolah pada tahun ajaran baru. Sebenarnya saya sudah tingkat tiga di seminari jikalau saya tidak tarik diri dari seminari. Buat apa lagi dibahas ya? Memang saya harus menjadi kelas dua juga. Saya pindah ke SMA Bintang Timur Balige dan duduk di kelas 2 IPA3.
            Di BTB saya cukup dikenal juga dengan gelar sebagai “pastor”. Inilah yang menjadi nama sapaan saya di BTB dari siswa hingga sampai para guru dan kepala sekolah. Hingga terdengar juga sih nama itu ke luar sekolah kami.
            Kenapa bisa ya aku dipanggil menjadi seorang pastor ???
            Ini nih ceritanya, awal saya mendapat anugerah panggilan itu di saat saya diunjuk sebagai pemimpin ibadah atau pemberi kotbah di sekolah. Kita tahu pasti, kalau di sekolah katolik itu pasti selalu diadakan ibadah sekolah sekali seminggu. Kalau di sekolah saya dulu kebaktian ini diadakan setiap hari kamis pagi.
            Dengan sedikit gugup dan berdiri di depan banyak orang. Saya berdoa di dalam hati, “Tuhan berikan yang terbaik kepada diriku”. Dengan keberanian yang diiringi dengan semangat akhirnya saya berhasil memukau perhatian para siswa, guru bahkan kepala sekolah. Di saat itulah saya mendapat pujian dari seorang kepala sekolah kami. Kepala sekolah kami dulu adalah seoran suster, Suster Thresia namanya.
            Setelah saya berhasil memukau hati para siswa, guru dan suster. “ terima kasih Bapa”. Inilah lontaran kata-kata dari hati saya. Inilah awal semua orang di sekolah saya memanggil saya pastor. Kalu ditanya kepada mereka, katanya sih saya orangnya humoris, pintar berbicara dan berkotbah dengan sedikit wibawa, hehehhe.
            Berawal dari cerita itulah saya semakin sering aktif dibawa oleh pastor menjadi seorang bisdinar di gereja saya. Bukan karena itu saja sih, sebelumnya saya juga sudah sering menjadi anak altar( besdinar ) baik di seminari maupun di stasi – stasi gereja lain. Semasa saya di seminari, kalau pada saat libur semester saya harus selalu bersama dengan pastor dan menemani dirinya memimpin ibadah ke stasi-stasi dab sayalah yang menjadi seorang asistennya dan selalu menjadi salah seorang anak altar.
            Pengalaman saya yang terindah disaat menjadi seorang besdinar adalah di saat seorang Uskup kami dari Keuskupan Agung Medan datang untuk memimpin suatu ibadah pada saat acara terbesar di sekolah kami yaitu acara merayak pesta emas sekolah kami yang telah berumur selama 50 tahun di saat aku masih duduk kelas dua SMA.
            Uskup Pius Datubara namanya, selain menjadi seorang besdinar saya juga dipesilahkan untuk mengucapkan kata terima kasih kepada Uskup sebagai utusan dari kata sambutan dari yang mewakili siswa.
            Kesempatan ini juga tak kusia-siakan, di saat saya mulai mengenggam mikrofon itu suara teriakan terdengar memanggil namaku teriakan para siswa.  Sayapun berhasil dan tidak lupa juga saya mengucap syukur kepda Tuhan akan kesempatan itu semua. Inilah kenangan terindah yang kualami selama sekolah di BTB.
            Saya telah banyak dikenal oleh semua orang di sekolah saya, hingga pada saat pemilihan seorang ketua OSIS sekolah, saya diunjuk menjadi salah seorang calon ketua OSIS. Ini juga hari yang menegangkan, disaat pemilihan ketua OSIS hampir semua suara siswa memilih saya. Akhirnya saya terpilih menjadi seorang ketua OSIS di sekolah saya.
            Tugas berat menimpa saya. Saya juga berusaha semaksimal memberikan yang terbaik kepada sekolah kami. Saya berusaha untuk menjadi seorang pemimpin yang disenangi oleh siswa,guru dan kepala sekolah. Berbagai macam acara yang bisa kulakukan untuk menghibur siswa di saat hari penting, misalnya pada hari guru, hari valentine, hari kemerdekaan negara kita, hari paskah , penyambutan natal dll.
            Selain di dalam sekolah juga, saya juga berusaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar sekolah dan berinteraksi dengan sekolah lain seperti mengikuti acara menghindari anti AIDS sedunia, hari Okumene di saat natal, anti Narkob, mengikuti perlombaan-perlombaan dll.
            Selain itu juga saya lebih suka untuk mengikuti acara di gereja. Jika ada acara di gereja saya selalu berusaha untuk mengusulkan sekolah kami untuk menjadi salah satu ambil bagian yang aktif dalam acara itu.
            Seperti pada saat acara memperingati St. Fransiskus saya membawa sekolah saya untuk menjadi paduan suara di acara itu. Di saat pembatisan seorang pastor baru, saya juga membawa sekolah saya untuk menjadi anggota penari tortor yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini kami persembahkan di saat acara persembahan.
            Itulah yang bisa saya lakukan selama menjabat menjadi seorang ketua OSIS. Tak terasa juga kelas dua pun terlewati dan naik ke kelas tiga. Sayapun digantikan menjadi seorang ketua OSIS karena saya telah menjadi kelas tiga, ya tentulah saya harus diganti karena saya juga akan menghadapi ujian nasional.
            Semenjak saya duduk di bangku kelas tiga, perputaran waktu pun tidak terasa. Seakan-akan saya duduk di kelas tiga hanya sebulan saja, ini terjadi karena di saat kelas tiga sudah sering disibukkan denga ujian-ujian seperti ujian simulasi, ujian praktikum dll.
            Ujian Nasional terlewati dan lulus juga. Saya berencana melanjutkan sekolah saya untuk ke perguruan tinggi. Sebelum saya ke perguruan tinggi, saya ingin mengikuti bimbingan belajar dulu biar bisa jebol ke perguruan tinggi negeri. Itulah nekatku dalam hati.
            Tapi apa boleh dikata, saya tidak lolos ke perguruan tinggi negeri dan saya bernekat untuk pergi ke Jakarta ini untuk kuliah. Di saat saya berkata seperti itu, kedua orang tua sayapun mengizinkan saya. Ayah saya berkata “ saya ingin menyekolahkan anak saya ke Jakarta dan satu-satunya adala kamu”.
            Tak lama berselang kalimat itu terdengar di dalam telinga saya. Hanya beberapa jam saja kalimat itu tersimpan dalam benakku. Malam harinya tepat pukul 22.00 ayah saya menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit. Kejadian ini adalah kejadihan pahit bagu saya dan keluarga saya. Ayah saya tiba-tiba saja terdiam di tempat tidur rumah kami dan hingga kami berusaha melarikannya ke rumah sakit. Tapi takdirlah yang berkata dan kami telah berusaha. Tuhan memilih untuk memanggil ayah saya kepada-Nya.
            Ayah saya meninggal pada saat masih berumur 53 tahun.  Sebelum ayah saya meninggal, pernikahan kakak anak pertama saya akan melangsungkan acara pernikahan. Yah, hanya selang beberapa hari sajalah meninggalnya ayah saya dengan hari pernikahan kakak saya. Ayah saya dipanggil Tuhan pada tanggal 05 September 2008 silam  sedangkan kakak saya menikah pada tanggal 09 September 2008.
            Ayah kami, ayah saya terinta tidak lagi dihadiri oleh ayah. Ayah saya hanya bisa melihat hari kebahagiaan putrinya dari surga. Kesedihan ini selalu merasuki ibu saya. Rintihan tangisan tiada hentinya hingga pada saat acara pernikahan kakak saya. Air mata dan hanya air mata sajalah yang selalu membasahi pipi kami. Karena terlalu pahit cerita itu dijalani.
            Hari berganti, suasana kesedihan di dalam rumah kami pun mulai hilang dan berusah untuk membentuk keluarga baru tanpa kehadiran sang ayah di tengah-tengah keluarga kami sebagai pemimpin keluarga.
            Inilah yang kuterima di balik semua cerita pahit yang saya alami ini. Saya akhirnya tidak bisa melanjutkan kuliah saya yang pada akhirnya mengorbankan diri saya untuk menjaga ibu saya di rumah. Karena pada saat itu kakak saya anak kedua masih pada saat menghadapi sidang di kampusnya, kakan saya anak ketiga telah menjadi seorang aparat negara yaitu seorang polisi, kakak saya anak keempat sedang duduk di bangku perkulihan dan sedangkan kakak saya yang telah menikah harus memilih ikut dengan suaminya. Tinggal saya sendirilah yang harus menemani ibu saya.
            Selama saya menganggur di kampung, saya kebanyakan menghabiskan waktu saya untuk menjadi seorang supir ibu saya, mengatarkan dia ke kantor, menemani ibu saya belanja, menemani gereja dan latihan-latihan paduan suara gereja.
            Itulah kegiatan saya setiap harinya hingga pada akhirnya kakak saya anak kedua lulus dari kuliahnya.
            Disinilah saya akhirnya disuruh untuk memilih jalan hidup saya. Saya berkata kepada ibu saya dan kakak saya, saya hanya ingin melanjutkan cita-cita sang ayah untuk kuliah di Jakarta supaya agar cuma saya yang menjadi salah seorang dari anaknya yang bisa kuliah jauh dan menimba ilmu di pulau seberang.
            Akhirnya saya berangkat ke sini dan memilih untuk kuliah di Gunadarma. Saya di sini bukan tinggal bersama keluarga tetapi saya tinggal menjadi seorang anak kost yang harus lebih pintar berkomunikasi dengan orang lain khususnya bagi suku lainnya.
            Nah...selesai sudah tentang perjalanan hidup saya.
            Ibu ini ceritaku kepadamu dan doakan saya ibu agar bisa membawa ibu ke jakarta ini dengan hasil keringat saya.
            Kata terakhir dari saya sebagai penulis untuk mensudahi cerita ini...terima kasih kepada pembaca dan tolong dimaklumi jika ada kalima-kalimat yang salah.

Rabu, 09 Maret 2011

WRONG FEELING



Ini adalah kesalahan terbesar yang telah aku lakukan, dan merupakan hal yang paling bodoh yang pernah terjadi selama hidupku. Entah bagaimana sikap yang harus aku tunjukan setelah kejadian kemarin, saat aku menyatakan perasaanku pada guruku sendiri. Aku bingung harus bersikap seperti apa saat berhadapan dengannya di sekolah. Bahkan aku takut jika ternyata teman-teman mengetahui bahwa aku seorang cewek bodoh yang berani menyatakan perasaan pada seorang cowok, terlebih lagi bahwa cowok tersebut adalah seorang guru.
“Vivi!!!” Ibu Yohana memanggilku dan membuyarkan semua pikiranku akan Pak Fendy.
“Iya,Bu! Ada apa?” tanyaku sambil berusaha meyakinkan Ibu Yohana bahwa aku memperhatikan pelajarannya.
“Kamu jangan melamun terus. Kamu tidak dengar,Ya? Rey memanggilmu untuk rapat OSIS!” Ibu Yohana memajukan mulutnya sambil menggelengkan kepala karena sikapku hari ini yang banyak melamun.
            “Baik,Bu! Saya izin keluar dulu, ya Bu!”
            “Hmmm!” Ibu Yohana kembali melanjutkan mengajar yang lain.
***********
            Sorry semuanya, gue dateng telat!” Aku menyapa semua anggota pengurus OSIS.
Namun rupanya ada yang aneh dengan para anggota OSIS yang hadir saat ini. Tampak ketegangan di wajah para anggota yang hadir di ruangan OSIS.
            “Rey, ada apa ini?” aku berbisik pada Rey karena penasaran dengan keadaan yang terjadi.
            “Loe tunggu aja, nanti juga loe bakal tahu!”Rey menjawab dengan singkat.
Suasana di ruang OSIS terasa semakin tegang, apalagi Rey yang biasanya banyak bicara, namun kini dia hanya mengucap beberapa kata saja. Kami semua yang berada di ruang rapat hanya terdiam satu sama lain. Kemudian datang seorang lelaki yang bertubuh jangkung, berkaca mata, dan dia adalah orang yang tidak ingin aku temui saat ini, dia adalah Pak Fendy. Saat dia mulai memasuki ruangan, dadaku berdebar kencang. Dan yang ada dalam pikiranku adalah apakah Pak Fendy akan bersikap lain kepadaku akibat kejadian kemarin.
Aku berharap semoga Pak Fendy tidak banyak bertanya kepadaku, untuk memandangnya saja aku tidak berani, apalagi jika dia bertanya dan aku harus menjawab.
“Sekarang kita mulai rapatnya.” Sarah, sang ketua OSIS membuka acara rapat.
“Tujuan kita membahas rapat kalli ini adalah mengenai tingkah laku buruk dua orang anggota OSIS kita,yang menyebabkan nama baik kita buruk di hadapan Kepala Sekolah.” Sarah melanjutkan penjelasan rapat kali ini.
“Heny dan Vero bertengkar, bahkan sampai mereka saling memukul. Padahal masalah begitu sepele, hanya karena seorang lelaki.” Rey yang menjabat sebagai wakil ketua Osis pun membantu penjelasan permasalahannya.
Suasana rupanya semakin memanas, apalagi Heny dan Vero yang saling memandang tajam, seakan ingin mengatakan’gara-gara loe’. Namun meski pun yang lain menganggap masalah ini sangat penting, tapi bagiku masalah yang lebih penting adalah bagaimana sikap aku saat merespon setiap kata yang akan diucapkan oleh Pak Fendy kepadaku.
“Vivi, kamu punya solusi tidak untuk masalah ini?” tanya Pak Fendy yang memebuyarkan semua lamunanku tentangnya.
“Maaf,Pak. Saya belum punya saran saat ini.” Jawabku dengan sedikit kaku.
“Biasanya ide-ide kamu banyak. Kenapa sekarang jadi diam begitu?” Pak Fendy bertanya kepadaku sambil mengerutkan dahinya, seakan- akan dia membantu mengingatkanku akan kejadian yang terjadi kemarin.
“Atau kamu tidak jelas dengan permasalahannya?” Pak Fendy melanjutkan perkataannya.
“Saya dengar kok Pak. Maaf, tapi saya sedang tidak ada pendapat saat ini.” Jawabku dengan bersikap sedikit cuek.
Pak Fendy memandangiku dengan wajah yang serius dan seperti berusaha mengatakan ‘ tolong bersikap profesional, urusan pribadi jangan dibawa-bawa dalam organisasi’. Aku mengerti maksud tatapannya tersebut, dan aku berusaha untuk melupakan masalahku dengannya, serta berusaha untuk fokus pada masalah dalam organisasi.
“Begini saja,Pak. Besok kita sudah harus menggelar Pentas seni  dan yang pasti para pengurus Osis akan sibuk sekali. Permasalahan Heny dan Vero memang penting untuk dibahas, tapi mungkin saat ini yang lebih penting adalah membahas mengenai acara besok. Jika pentas seni besok sukses, setidaknya masalah antara Heny dan Vero tidak akan menjadi alasan kepala sekolah untuk menegur kita sebagai para pengurus. Tapi jika pentas seni ini gagal, masalah Heny dan Vero akan menjadi senjata utama kepala sekolah menegur keras kita semua. Jadi saya mohon kita semua bekerjasama untuk acara besok, terutama Heny dan Vero yang sama-sama sebagai seksi acara.” Aku menjelaskan sambil meyakinkan teman-teman yang lain.
Excellent! Apa yang dikatakan Vivi memang benar, jadi besok adalah penentu nama baik kita sebagai pengurus Osis.” Rey memberikan tepuk tangan yang memancing para anggota lain untuk ikut bertepuk tangan.
Sedikit pendapat yang ku keluarkan tadi, rupanya mengurangi rasa tegang yang ada di dalam ruang rapat. Termasuk pak Fendy yang tadi sempat terlihat memanas dan bersiap untuk mengeluarkan amarah kekecewaan, namun wajahnya kini tersenyum dan sangat mengerti maksud pendapatku tadi.
*****
Pentas Seni yang dinanti-nanti merupakan puncak kegiatan para anggota OSIS SMA Anak Bangsa di tahun ini. Persiapan selama empat bulan yang lalu, kini sudah harus menunjukkan penampilan yang terbaik.
Hari ini rupanya aku terlambat datang setengah jam dari waktu yang dijanjikan kemarin. Untungnya saat-saat seperti ini, bagianku belum terlalu dibutuhkan karena bagianku adalah bagian keuangan.
Saat aku memasuki ruang panitia, rupanya ada beberapa teman-temanku yang sedang menyiapkan konsumsi untuk para pengisi acara. Kemudian, aku berinisiatif untuk membantu pekerjaan teman-teman yang lain untuk membereskan kotakan-kotakan makanan yang akan diberikan setelah para pengisi acara selesai menunjukkan aksi masing-masing.
Selesai membantu seksi konsumsi, bagianku sekarang adalah untuk menjaga ruang panitia, sampai teman-teman yang lain datang dari kesibukan mereka masing-masing. Saat sedang menunggu, tiba-tiba masuk seorang cowok yang memakai sweater serta memakai topi, dan penampilannya seperti orang yang sedang menyamar agar orang-orang tidak mengenali dia. Cowok tersebut kemudian duduk di salah satu bangku yang ada di ruang panitia. Aku sebenarnya ingin bertanya siapa dia, dan mengapa masuk ke ruangan panitia, namun Nadia yang menyapa cowok tersebut pun membatalkanku niatku menyapa cowok tersebut.
“Bisa minta tolong anterin gue ke toilet,Gak?” Cowok tersebut bertanya pada Nadia.
“Waduh, aku sebenarnya masih agak sibuk.”Jawab Nadia yang langsung memandangku.
“Nah,Vivi bisa tolong antarkan dia ke toilet,Kan?”tanya Nadia kepadaku.
“Ya ampun Nad, Toiletnya itu tinggal jalan lurus aja, masa dia gak bisa pergi sendiri,sih?” jawabku karena mulai tidak menyukai cowok yang manja seperti dia.
Saat aku menjawab, Nadia dan cowok tersebut terdiam. Dan pada akhirnya Nadia lah yang mengantar cowok tersebut ke toilet.
“Ya sudahlah, tapi kamu jaga ruangannya yang bener,Ya? Jangan sampai ada barang yang hilang.” Tegas Nadia kepadaku.
Baru kali ini aku melhat ada cowok yang minta diantarkan untuk pergi ke toilet. Aku masih bertanya siapakah sebenarnya cowok tersebut, yang nampaknya dia seperti orang penting.
Tidak lama, Nadia dan cowok tersebut kembali ke ruang panitia. Rupanya tujuan cowok tadi ke toilet adalah untuk berganti pakaian. Cowok tersebut kini terlihat agak menarik, menggunakan kaus berkerah putih, dan tak lupa juga dia menggunakan handband yang bewarna putih juga. Aku memperhatikan cowok itu secara seksama, bahkan saat dia mengeluarkan jell rambut dan menata rambutnya yang dibuat model spike.
Rupanya teman-teman yang lain selesai melakukan persiapan untuk acara yang akan dilakukan beberapa menit lagi . Satu- persatu tim panitia yang adalah para anggota OSIS masuk ke dalam ruang panitia. Dan tidak sedikit dari mereka yang menyapa cowok tersebut saat memasuki ruangan. Tampaknya cowok ini adalah idola teman-teman cewekku, karena banyak yang tebar pesona di hadapannya.
“Vero, emang dia siapa sebenarnya? Kalo dia termasuk Band tamu, kenapa datangnya sendiri?” tanyaku yang penasaran dengan cowok lebay tersebut.
“Ya ampun,Vi. Dia itu yang nanti bakal jadi MC, namanya Dhanial.” Jawab Vero yang rupanya sudah mengenal cowok yang bernama Dhania tersebut.
“Dia itu seorang penyiar radio yang terkenal di kalangan cewek-cewek. Sengaja kita undang  ke acara kita, supaya acara lebih meriah. Tahun kemarin kita mengundang dia juga.” Vero menjelaskan kembali siapa cowok tersebut.
“Oh, gitu. Pantes gue gak kenal sama dia. Gue aja baru pindah ke sekolah ini tahun ini.”
Ternyata cowok lebay yang bernama Dhanial tersebut adalah orang yang akan menjadi MC di acara ini. Pantas saja di awal dia datang, dia tampaknya menghindari keramaian, tepatnya menghindari kejaran para fansnya. Tapi satu hal yang membuatku heran, cowok itu termasuk cowok yang terlalu percaya diri, karena walaupun namanya dikenal para cewek sebagai penyiar yang lagi populer, tetapi belum tentu wajahnya dikenal juga, karena dia bekerja dibalik layar. Suatu kesan yang kurang menyenangkan di awal ku berjumpa dengan cowok ini.
******
Bagai pertempuran yang baru dimulai, kami bersiap-siap membuka acara pentas seni yang menentukan nasib kami kedepan sebagai pengurus Osis. Dhanial dan Heny yang menjadi MC pun menaiki pannggung, dan teriakan histeris para penonton menyambut pembukaan acara pentas seni tahun ini. Terlihat juga para panitia mulai sibuk mengatur jalannya acara. Mereka terlihat lebih sibuk dari sebelumnya, karena ingin menunjukkan penampilan terbaik mereka.
Acara mulai meriah saat penampilan band-band tamu memulai aksinya. Aku melihat wajah-wajah lega dari teman-teman saat melihat acara sangat meriah. Namun, berbeda bagiku, aku tidak begitu bersemangat melihat acaranya, karena sejak pagi aku tidak melihat cowok idamanku,Pak Fendy. Aku menonton acara pentas seni tersebut tanpa semangat,sampai aku menyadari bahwa Pak Fendy rupanya sedari tadi memperhatikan kami dari ruang guru yang tidak jauh dari ruang panitia. Aku juga tahu jika Pak Fendy juga memperhatikannku, karena tidak sekali padangan kami berdua saling bertemu. Andai saja waktu itu Pak Fendy menerima pernyataanku, aku sudah bisa membayangkan mungkin saat ini kami berdua bisa menonton bersama acara pentas seninya. Tetapi sangat disayangkan, Pak Fendy yang berbeda usia empat tahun denganku ini tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku.
“Hei, boleh tahu apa nama band yang sedang main ini?” tanya Dhanial yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku akan Pak Fendy, dan membuatku kesal padanya.
“Nama bandnya,FIND BAND” jawabku dengan ketus karena dia sangat menggangguku.
Dhanial menatapku heran, dan aku menatapnya dengan penuh kekesalan. Dhanial menatapku dengan pandangan yang mengungkapkan ‘kenapa sih loe sensitif banget sama gue?’.
Hari semakin siang, dan rupanya semangat menonton dari para penonton mulai berkurang, dan hal ini yang membuat kami sedikit khawatir akan kesuksesan pentas seni kali ini. Namun Dhanial rupanya mengerti dengan kondisi penonton yang mulai hilang semangat. Kemudian Dhanial meminta izin kepada Vero dan Heny untuk membuat sedikit selingan acara. Dhanial mengajak Jesicca yang adalah cewek idola di sekolah ini naik ke atas panggung, yang hasilnya membuat acara tambah meriah lagi. Rupanya Dhanial sangat cerdas untuk mengambil kembali suasana meriah yang sempat redup.
“Nama loe siapa?” tanya Dhanial kepada Jesicca di atas panggung.
“Jesicca”
“Gue denger katanya loe cewek idola di sekolah ini,Ya?”
“Wah, gue kurang tahu itu.” Jesicca tersenyum bangga karena predikatnya sebagai cewek idola.
“Ok, gue mau nyanyi sebuah lagu dan gue pengen loe jadi modelnya,OK?” tanya Dhanial yang membuat para penonton wanita berteriak histeris.
Meski sedikit menyebalkan, tapi sedikitnya Dhanial membuatku sedikit kagum dengan idenya. Setelah suasana kembali terkendali, aku kembali ke dalam ruang panitia untuk mengambil sedikit makanan kecil, karena perutku mulai terasa sakit. Saat berada di dalam ruang panitia sendirian, aku kembali masuk dalam lamunanku akan Pak Fendy. Aku masih bingung dengan sikapnya yang perhatian kepadaku, namun rupanya aku salah mengartikan perhatiannya tersebut.
Selesai memakan sedikit makanan kecil, aku kembali ke samping panggung. Saat aku menatap ruang guru, rupanya Pak Fendy sedang berjalan ke luar ruangan menuju gerbang sekolah, dengan kata lain Pak Fendy pulang. Setelah Pak Fendy pulang, dan membuat semangatku sedikit berkurang, tiba-tiba hujan pun turun. Rasa cemas pun muncul pada para panitia. Bayanganku akan kemungkinan kegagalan acara penting ini pun muncul.
“Hei, lihat teman-teman!”Vero menunjuk arah teman-teman yang lain yang bernyanyi sambil dibasahi air hujan.
Pemandangan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, bahwa teman-teman yang lain bersedia hujan-hujanan untuk menonton acara pentas seni. Semua para siswa-siswi bayah kuyup karena hujan, namun inilah yang menjadi keunikan pentas seni tahun ini. Ternyata ada hikmah dibalik pentas seni tahun ini, patut disyukuri karena tahun ini pentas seninya begitu unik, lain dari pentas seni yang lain, pentas seni di bawah hujan.
“Ayo semuanya, ambil gaya yang terbagus” Nadia bersiap memfoto semua panitia setelah pentas seni usai.
“Chiiirrrrrsssss” sahut kami semua pada hitungan ketiga,saat foto akan diambil.
Setelah Nadia selesai memfoto kami, saatnya giliranku untuk mengambil beberapa foto agar bisa dijadikan dokumentasi. Aku mengambil foto Rey sang ketua osis yang terlihat sangat lelah, kemudian aku mengambil gambar Vero yang sedang melamun, Heny sang MC yang sedang menguap, dan mengambil gambar wajah Dhanial yang sedang dibuat jelek.
“Kena! Foto loe bisa gue bikin jadi alat pengusir tikus di rumah gue!” Aku tertawa karena melihat hasil gambar wajah Dhanial yang sedang dipasang aneh.
Dhanial pun ikut tertawa saat melihat waahnya yang ada di dalam foto. Sejak itulah aku bisa menerima dengan baik Dhanial dan tanpa rasa jengkel. Saat kami sudah mulai akrab, rupanya Nadia memperhatikan kami berdua yang sama-sama tertawa senang. Namun tatapan mata Nadia begitu tajam melihatku. Dari tatapan Nadia kepadaku, aku tersadar jika Nadia menyukai Dhanial, dan rupanya aku membuatnya cemburu. Menyadari hal yang dirasakan Nadia, aku segera menjauh dari Dhanial. Sedikit lelah, kemudian aku mencari ruangan untukku beristirahat, dan aku memiih ruangan yang tadi digunakan oleh para pengisi acara beristirahat.
Di ruangan tersebut aku melihat seorang cowok berkacamata sedang bermain laptop. Dan  saat aku melihat cowok tersebut, rupanya wajah cowok tersebut dan Pak Fendi sedikit mirip. Melihat cowok yang ada di ruangan tersebut, aku kembali teringat dengan Pak Fendy.
“Ikut duduk,Ya?” Pamitku pada cowok berkacamata tersebut.
“OK!” jawab singkat cowok tersebut.
Pikiranku mulai penuh akan masalah Nadia dan Pak Fendy. Kemudian aku duduk bersandar ke dinding ruangan, menutup mata,dan menarik nafas panjang. Berusaha rilex menghadapi semua masalah yang ada.
Saat aku memandang ke luar ruangan, rupanya hujan sudah berhenti, dan teman-teman yang lain mulai membersihkan sampah-sampah yang ada di lapangan sekolah. Aku kemudian bangkit berdiri dari tempat dudukkku dan hendak membantu teman-teman yang lain. Namun, saat aku keluar dari pintu ruangan, aku bertabrakan dengan Dhanial yang hendak masuk ruangan, dan tanpa sengaja Dhanial mencium keningku.
Sorry!” aku dan Dhanial saling meminta maaf.
Tanpa mempedulikan kejadian tadi, aku langsung melewati Dhanial dan berlari menuju lapangan. Dari arah lapangan, rupanya sahabatku,Nadia melihat kejadian aku dan Dhanial. Belum selesai masalah yang tadi, aku sudah menambah masalah lagi kepada Nadia. Tatapan wajah Nadia lebih tajam kepadaku dibanding dengan masalah yang sebelumnya. Perasaan tidak enak pada Nadia semakin menjadi di hatiku. Aku berusaha menunjukan bahwa aku tidak menyukai Dhanial.
Seusai membereskan semua peralatan yang di gunakan untuk acara pentas seni, Sarah sang ketua osis menyatakan bahwa pentas seni tahun ini sukses besar. Rasa bangga dan puas pun tampak di setiap orang yang telah berusaha keras agar pentas seni berjalan dengan baik, terutama pada Heny dan Vero. Setidaknya pentas seni yang sukses dapat mengurangi masalah mereka berdua. Sebagai penghargaan atas kesuksesan tim panitia, ketua osis mentraktir makan kami semua. Wajah riang gembira terlihat dimana-mana, kecuali wajah Dhanial yang melamun seperti baru mendpat masalah. Tidak ingin menambah masalah yang ada, aku berusaha cuek terhadap Dhanial yang sedang duduk terdiam sendiri.
Berusaha mengacuhkan Dhanial,namun aku tidak bisa melakukannya, aku tersadar, aku takut menjadi penyebab Dhanial murung, karena sedari tadi aku cuek kepadaya, meski dia selalu menyapaku.
“Gabung sama yang lain,yuk!” ajakku pada Dhanial
“Maaf, gue lagi pengen duduk disini dulu!” tolak Dhanial dengan halus.
“Ayo, kita ketawa bareng!” aku memasang wajah sejelek mungkin dan membuat Dhanial tertawa geli.
Aku tahu, jika aku dekat dengan Dhanial, Nadia akan salah sangka lagi padaku, jadi aku putuskan untuk kembali menjauhi Dhanial,
“Dhanial, sebelum gue balik ke tempat teman-teman gue, gue boleh minta nomor handphone loe,Gak?” tanyaku.
“Minta sama Heny aja. Dia punya nomor aku.” Jawab Dhanial.
“Gue maunya minta langsung ke orang yang punyanya.” Jawabku.
“Ya sudah. Aku minta nomor loe, biar gue misscall ke nomor loe.”
Kemudian aku memberikan nomor handponeku pada Dhanial, dan kami saling bertukar nomor. Setelah mendapatkan nomornya kemudian aku pamit pergi kepadanya.
*********
Keesokan harinya, kami harus bersekolah seperti biasa. Pagi ini aku memutuskan berangkat lebih awal, karena ingin cepat-cepat bertemu dengan Pak Fendy. Aku tahu hari ini Pak Fendy tugas piket, dan yang pasti dia datang lebih awal.
Aku mencari tempat yang tepat, agar aku bisa memandang Pak Fendy diam-diam. Dan tempat yang tepat adalah di perpustakaan, karena salah satu jendela yang ada di perpustakaan ada yang langsung menghadap meja piket. Aku kemudian mengambil posisi yang enak sampai akhirnya Nadia datang mnghampiriku.
“Vivi, gue mau ngomong sama loe sebentar.” Nadia mengajakku untuk berbicara.
“Ada apa,Nad?” tanyaku penasaran pada Nadia.
“Gue pengen minta nomor handphone Dhanial,donk!”
Sikap Nadia pagi ini membuat hatiku lega. Rupanya dia tidak marah kepadaku, hanya saja aku yang terlalu berburuk sangka kepadanya.
Aku ingin tertawa karena perasaanku salah pada Nadia. Sejuta bayangan ngambil sudah kubayangan saat Nadia marah dan tidak ingin lagi berbicara kepadaku. Kemudian aku menceritakan semua perasaanku pada Nadia kemarin. Aku pikir Nadia tidak ingin lagi bicara denganku karena aku sudah mengambil kesempatan Nadia untuk dekat dengan Dhanial.
Rupanya tidak seluruhnya perasaanku salah, karena Nadia tidak memungkiri bahwa benar dia menyukai Dhanial, dan sedikit merasa cemburu kepadaku.
“Tenang Nadia, gue bakal bantuin ngejodohin loe sama Dhanial” hiburku kepada Nadia.
Thanks ya,Vi. Loe emang sahabat gue yang terbaik.” Jawab Nadia sambil memelukku.
**********
Langkah pertamaku untuk menjodohkan Nadia dan Dhanial adalah mencari informasi tentang Dhanial. Dengan bermodalkan nomor handphone pemberian Dhanial, aku berkomunikasi dengan Dhanial, dan hasilnya cukup memuaskan. Aku mendapat alamat fabecook Dhanial yang kemudian kuberikan kepada Nadia.
Beberapa hari saling berkomunikasi dengan Dhanial melalui handphone, sudah banyak hal yang kuketahui tentang cowok idaman sahabatku tersebut. Beberapa hari belakangan ini aku baru sadar, mengapa Nadia bisa menyukai Dhanial, itu karena memang Dhanial adalah orang yang enak diajak ngobrol dan bersahabat. Setiap kejadian yang ada di telepon, aku menceritakan semuanya kepada Nadia. Namun ternyata beberapa hari aku berhubungan dengan Dhanial melalui telepon, tidak disukai oleh Nadia, karena saat Nadia ingin berkomunikasi dengan Dhanial, Dhanial sama sekali tidak merespon Nadia, dan hal itulah yang membuat Nadia sedikit sakit hati.
Hari berikutnya aku mencari informasi tentang Dhanial melalui facebooknya. Aku sedikit kagum dengannya saat membaca info tentang dirinya. Selain penyiar dan MC, Dhanial juga adalah seorang vokalis dan model. Pantas saja semua wanita banyak yang menyukainya.
**********
Pagi hari aku terbangun lebih awal, karena mimpiku yang aneh. Entah disebut mimpi indah atau mimpi buruk, aku bermimpi tentang Dhanial. Aku teringat kata-kata temanku waktu SMP dulu, jika kita memimpikan seseorang, berarti kita sedang memikirnya. Aku bingung, apa yang aku pikirkan tentang Dhanial,dan dalam hal apa aku harus memimpikannya.
Di sekolah, aku dan Nadia saling bersikap dingin, dan aku tidak tahu mengapa sikap aku pagi ini jadi berubah kepada Nadia.
“Ada apa,Vi? Tumben gak menyapa Nadia?” tanya Indah,teman sekelasku.
“Ndah, loe pernah nyomblangi orang,Gak?” tanyaku.
“Gue pernah. Tapi sekarang gue gak mau lagi jadi mak comblang, gue kapok.” Jawab Indah.
“Kenapa kapok?” tanyaku penasaran.
“Soalnya gue malah suka sama cowok yang mau gue comblangin.”
Sedikit penjelasan Indah, membuatku tersadar jika aku terlalu jauh untuk mengetahui pribadi Dhanial. Tapi mana mungkin aku menyukainya, karena saat ini perasaanku hanyalah untuk Pak Fendy.
“Gue mau tanya lagi. Kalo kita suka sama cowok tapi di suasana berbeda kita menyukai cowok lain? Maksudnya begini, misalnya loe lagi suka banget sama Joe”
“Ikh, nggak banget,dech!” Indah merespon dengan tidak enak contoh masalahku.
“Ini kan masih misalnya. Misalnya loe suka sama Joe, tapi suatu saat loe ketemu sama cowok baru, misalnya Andre. Nah, loe itu malah lebih kenal Andre dari pada Joe yang loe suka duluan.”
“Hmmmm. Gue sedikit susah mencerna kata-kata loe. Tapi gue ngerti intinya, maksudnya menyukai dua cowok dalam waktu bersamaan?” Indah menegaskan.
“Iya.”
“Vi, kagum,sayang,suka,dan cinta itu hampir mirip. Loe harus pinter aja ngebedainnya. Disini logika loe harus main, jangan main pake perasaan mulu.” Jawab Indah dengan bijaksana.
Sedikit penjelasan dari Indah memberikan gambaran perasaanku saat ini. Perasaan kepada Pak Fendy mungkin karena aku kagum, begitu juga dengan Dhanial.
********
Keesokan harinya, rupanya Nadia sudah menemukan cowok yang benar-benar dia suka, perasaan Nadia kepada Dhanial juga sama sepertiku, hanya rasa kagum saja.  Aku sekarang lebih waspada lagi menilai perasaanku terhadap seorang cowok. Dan satu hal lagi yang membuat penyesalan di dalam hidupku, yaitu aku sudah merendahkan diriku sendiri dihadapan Pak Fendy karena aku yang salah menilai perasaan. Mulai sekarang hati dan logikaku harus berjalan seimbang dalam menilai perasaan.

THE END

WELCOME TO MY BLOG